Berbicara rekontruksi Kerajaan Majapahit, sejatinya tidak bisa lepas dari nama Bupati Raden Adipati Ario (RAA) Kromojoyo Adinegoro. Dialah tokoh yang menyuruh sejarawan Belanda Ir. Henry Meclaine Pont untuk menuliskan dan menggali peninggalan Majapahit. Kesaksian ini seperti disampaikan R Tjandoko, cucu RAA Kromojoyo Adinegoro yang kini tinggal di Jl Watudakon Pulowetan Mojokerto kepada Radar Mojokerto.
-----------
TEPATNYA pada tanggal 24 April 1924, seorang mantan Bupati Mojokerto bernama RAA Kromojoyo Adinegoro mendirikan sebuah perkumpulan bernama: Oudheidkunding Vereeniging Majapahit (OVM). OVM didirikan dengan tujuan menghimpun dana dan daya guna membantu pemerintah Belanda menggali peninggalan kerajaan Majapahit yang banyak terdapat didesa Trowulan. Sehingga wajar, bila RAA Kromojoyo lebih dikenal sebagai Bupati Majapahit, tidak hanya lurahnya Majapahit.
Pendirian OVM ini sangat di dukung Pemerintah Belanda. Sebagai pimpinan OVM ditunjuk seorang bernama Ir. Henry Meclaine Pont. Tempat menghimpun benda Purbakala yang dilakukan Kromojoyo di Trowulan, dijadikan kantor OVM sekaligus tempat tinggal Meclaine Pont. Tempat ini sekarang menjadi kantor Purbakala Trowulan.
Mengapa Kromojoyo sangat antusias mendirikan OVM dan amat peduli dengan kepurbakalaan? Dapat kami urikan sebagai berikut ini.
Nama kecil Kromojoyo ialah Mashudan. Ia lulus HBS di Surabaya tahun 1880. Ayahnya juga seorang Bupati di Mojokerto. Setelah lulus HBS, Kromojoyo menjadi juru tulis di Kabupaten Mojokerto. Kemudian menjadi camat di Peterongan, Kedungpring dan Wedana di Jombang. Bakat dan kepedulian Kromojoyo terhadap peninggaln Mojopahit, sudah terlihat sejak menjadi jurutulis. Dia sering naik kuda bersama opas –opas keluar masuk Trowulan untuk menghimpun dan mendata benda-benda purbakala yang banyak terdapat di Trowulan.
Arca-arca dan batu Prasasti sebagian dibawa pulang dan diletakkan diteras halaman Kabupaten. Segala temuan Kromojoyo atas benda purbakala itu selalu dicatat, diberi nomor dan dilaporkan ke Asisten Residen Jombang (Trowulan waktu itu masuk wilayah Jombang). Laporan Kromojoyo ditulis tangan kemudian oleh Asisten Residen Jombang diteruskan ke Lembaga Kebudayaan Belanda yang bernama Koninklijk Bataviaasch Genootscap Van Kunsten en Weetenschappen ( KBGKW ) di Jakarta. Laporan tulisan tangan Kromojoyo ini masih dapat dibaca di Arsip Nasional Jakarta.
Pada tanggal 15 Agustus 1894, R.A.A Kromojoyo Adinegoro di angkat menjadi Bupati Mojokerto, menggantikan ayahnya yang meninggal. Kromojoyo menjadi Bupati Mojokerto dari tahun 1894-1916. Sejak menjadi Bupati Mojokerto, semangat Kromojoyo terhadap peninggalan Mojopahit makin menggebu-gebu. Lebih-lebih saat itu wilayah Trowulan yang semula ikut Jombang menjadi ikut Kabupaten Mojokerto.
Kumpulan benda purbakala yang ada di teras halaman Kabupaten Mojokerto makin hari makin bertambah banyak. Dengan izin pemerintah Belanda, Kromojoyo membuat gedung untuk dijadikan museum (terletak di sebelah timur Pemkab Mojokerto). Gedung itu diisi dengan arca-arca dan batu prasasti yang telah dibukukan dengan rapi. Pada tahun 1911 gedung bersama isinya benda purbakala telah selesai didirikan Kromojoyo. Tahun 1913 diresmikan menjadi gedung Museum Purbakala Mojokerto oleh Pemerintah Belanda. Sayang gedung Museum tersebut telah ditukar guling oleh Pemda Kabupaten Mojokerto.
Sebagai seorang Bupati, Kromojoyo dapat dengan leluasa mendata semua candi-candi yang ada di Trowulan. Candi-candi dibersihkan dan difoto, lalu dilaporkan ke Lembaga Purbakala Belanda. Foto-foto tersebut sampai kini masih menjadi koleksi Lembaga Purbakala. Kromojoyo juga melarang penduduk mengambil batu bata yang banyak terdapat di desa Trowulan.
Pada tahun 1914 Kromojoyo dapat laporan bahwa penduduk Desa Dinuk Trowulan sering diganggu hama tikus. Tikus-tikus berasal dari sebuah gundukan tanah dan berbatu. Kromojoyo segera datang ke lokasi tersebut dan memerintahkan menggali gundukan tanah tadi. Ternyata dibawah galian muncul tanda-tanda adanya candi. Dengan minta izin Pemerintah Belanda penggalian dilanjutkan dengan sangat berhati-hati. Pekerjaan ini difoto dan dilaporkan ke Lembaga Purbakala Belanda. Pada tahun 1916 seluruh bangunan candi dapat dinampakkan dan tahun 1923 candi tersebut berupa pemandian setelah selesai dipugar dan terkenal dengan nama Candi Tikus.
Bertepatan kejadian tersebut, pada tahun 1916 pensiun. Anaknya yang bernama R. Abdul Majid diangkat menjadi Bupati Mojokerto. Atas jasa-jasa R.A.A Kromojoyo Adinegoro terhadap bidang kepurbakalaan, Pemerintah Belanda pada tahun 1925 memberikan bintang kepadanya, yaitu gelar: Ridder In de Orde van den Nederlandschen Leeuw. Beliau meninggal dan di makamkan keluarga Kromojoyo di Desa Terusan Mojokerto. (*)
Dikutip dari Radar Mojokerto (Jawa Pos Group edisi November 2007)