Rabu, 31 Desember 2008

Menjangkau Semuanya


SARANA telepon seluler tidak lagi menjadi barang yang mewah. Bukan hanya pelaku usaha dan pejabat saja yang kini menteng handphone, anak-anak sekolah pun tidak mau ketinggalan. Seperti yang tampak pada foto di atas ini. Dua siswa di Desa Mliriprowo Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jatim tampak sedang berkomunikasi dengan telepon seluler sebelum berangkat ke sekolah. (*)

Reklame yang Mengena


Reklame di tembok sebuah seluler XL yang menjadi sarana edukasi pasar ternyata cukup ampuh. Terlihat, seorang ibu yang menggandeng anaknya yang masih balita beserta beberapa anak sekolah tampak menggunakan telepon genggamnya untuk melakukan komunikasi. Rasanya, klop dengan edukasi pasar yang dilakukan XL terhadap pelanggannya. Pemandangan ini terlihat di bekas Ibu Kota Kerajaan Majapahit, yakni di Jl Raya Trowulan Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. (*)

Rabu, 24 Desember 2008

Tower Seluler Berebut Ketinggian


KEMUNCULAN era informasi dan teknologi pada abad XXI ini membuat pemandangan di pelosok negeri ini berubah. Di mana-mana pemandangan tower yang menjulang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Pemandangan ini seperti yang tampak di daerah bekas Kerajaan Majapahit, Mojokerto. Tepatnya di Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Empat tower seluler tampak bersaing ketinggian untuk bisa memberikan sinyal terbaiknya kepada pelanggan setia. (*)

Selasa, 23 Desember 2008

Tarian anak-Anak


Anak-anak di Mojokerto, lokasi bekas wilayah Kerajaan Majapahit yang tak henti-hentinya menguri-uri budaya lokal dengan tarian mereka. Ini terjadi pada Pekan seni Pelajar di Kota Mojokerto awal Desember 2008.

RAA Kromojoyo Adinegoro, Tokoh di Balik Pelestarian Kepurbakalaan

Berbicara rekontruksi Kerajaan Majapahit, sejatinya tidak bisa lepas dari nama Bupati Raden Adipati Ario (RAA) Kromojoyo Adinegoro. Dialah tokoh yang menyuruh sejarawan Belanda Ir. Henry Meclaine Pont untuk menuliskan dan menggali peninggalan Majapahit. Kesaksian ini seperti disampaikan R Tjandoko, cucu RAA Kromojoyo Adinegoro yang kini tinggal di Jl Watudakon Pulowetan Mojokerto kepada Radar Mojokerto.

-----------

TEPATNYA pada tanggal 24 April 1924, seorang mantan Bupati Mojokerto bernama RAA Kromojoyo Adinegoro mendirikan sebuah perkumpulan bernama: Oudheidkunding Vereeniging Majapahit (OVM). OVM didirikan dengan tujuan menghimpun dana dan daya guna membantu pemerintah Belanda menggali peninggalan kerajaan Majapahit yang banyak terdapat didesa Trowulan. Sehingga wajar, bila RAA Kromojoyo lebih dikenal sebagai Bupati Majapahit, tidak hanya lurahnya Majapahit.
Pendirian OVM ini sangat di dukung Pemerintah Belanda. Sebagai pimpinan OVM ditunjuk seorang bernama Ir. Henry Meclaine Pont. Tempat menghimpun benda Purbakala yang dilakukan Kromojoyo di Trowulan, dijadikan kantor OVM sekaligus tempat tinggal Meclaine Pont. Tempat ini sekarang menjadi kantor Purbakala Trowulan.
Mengapa Kromojoyo sangat antusias mendirikan OVM dan amat peduli dengan kepurbakalaan? Dapat kami urikan sebagai berikut ini.
Nama kecil Kromojoyo ialah Mashudan. Ia lulus HBS di Surabaya tahun 1880. Ayahnya juga seorang Bupati di Mojokerto. Setelah lulus HBS, Kromojoyo menjadi juru tulis di Kabupaten Mojokerto. Kemudian menjadi camat di Peterongan, Kedungpring dan Wedana di Jombang. Bakat dan kepedulian Kromojoyo terhadap peninggaln Mojopahit, sudah terlihat sejak menjadi jurutulis. Dia sering naik kuda bersama opas –opas keluar masuk Trowulan untuk menghimpun dan mendata benda-benda purbakala yang banyak terdapat di Trowulan.
Arca-arca dan batu Prasasti sebagian dibawa pulang dan diletakkan diteras halaman Kabupaten. Segala temuan Kromojoyo atas benda purbakala itu selalu dicatat, diberi nomor dan dilaporkan ke Asisten Residen Jombang (Trowulan waktu itu masuk wilayah Jombang). Laporan Kromojoyo ditulis tangan kemudian oleh Asisten Residen Jombang diteruskan ke Lembaga Kebudayaan Belanda yang bernama Koninklijk Bataviaasch Genootscap Van Kunsten en Weetenschappen ( KBGKW ) di Jakarta. Laporan tulisan tangan Kromojoyo ini masih dapat dibaca di Arsip Nasional Jakarta.
Pada tanggal 15 Agustus 1894, R.A.A Kromojoyo Adinegoro di angkat menjadi Bupati Mojokerto, menggantikan ayahnya yang meninggal. Kromojoyo menjadi Bupati Mojokerto dari tahun 1894-1916. Sejak menjadi Bupati Mojokerto, semangat Kromojoyo terhadap peninggalan Mojopahit makin menggebu-gebu. Lebih-lebih saat itu wilayah Trowulan yang semula ikut Jombang menjadi ikut Kabupaten Mojokerto.
Kumpulan benda purbakala yang ada di teras halaman Kabupaten Mojokerto makin hari makin bertambah banyak. Dengan izin pemerintah Belanda, Kromojoyo membuat gedung untuk dijadikan museum (terletak di sebelah timur Pemkab Mojokerto). Gedung itu diisi dengan arca-arca dan batu prasasti yang telah dibukukan dengan rapi. Pada tahun 1911 gedung bersama isinya benda purbakala telah selesai didirikan Kromojoyo. Tahun 1913 diresmikan menjadi gedung Museum Purbakala Mojokerto oleh Pemerintah Belanda. Sayang gedung Museum tersebut telah ditukar guling oleh Pemda Kabupaten Mojokerto.
Sebagai seorang Bupati, Kromojoyo dapat dengan leluasa mendata semua candi-candi yang ada di Trowulan. Candi-candi dibersihkan dan difoto, lalu dilaporkan ke Lembaga Purbakala Belanda. Foto-foto tersebut sampai kini masih menjadi koleksi Lembaga Purbakala. Kromojoyo juga melarang penduduk mengambil batu bata yang banyak terdapat di desa Trowulan.
Pada tahun 1914 Kromojoyo dapat laporan bahwa penduduk Desa Dinuk Trowulan sering diganggu hama tikus. Tikus-tikus berasal dari sebuah gundukan tanah dan berbatu. Kromojoyo segera datang ke lokasi tersebut dan memerintahkan menggali gundukan tanah tadi. Ternyata dibawah galian muncul tanda-tanda adanya candi. Dengan minta izin Pemerintah Belanda penggalian dilanjutkan dengan sangat berhati-hati. Pekerjaan ini difoto dan dilaporkan ke Lembaga Purbakala Belanda. Pada tahun 1916 seluruh bangunan candi dapat dinampakkan dan tahun 1923 candi tersebut berupa pemandian setelah selesai dipugar dan terkenal dengan nama Candi Tikus.
Bertepatan kejadian tersebut, pada tahun 1916 pensiun. Anaknya yang bernama R. Abdul Majid diangkat menjadi Bupati Mojokerto. Atas jasa-jasa R.A.A Kromojoyo Adinegoro terhadap bidang kepurbakalaan, Pemerintah Belanda pada tahun 1925 memberikan bintang kepadanya, yaitu gelar: Ridder In de Orde van den Nederlandschen Leeuw. Beliau meninggal dan di makamkan keluarga Kromojoyo di Desa Terusan Mojokerto. (*)

Dikutip dari Radar Mojokerto (Jawa Pos Group edisi November 2007)

Abdul Malik, Blogger asal Mojokerto yang Bikin Situs Majapahitan


Dapat data dari Teman Chatting di Prancis

Rekontruksi Kerajaan Majapahit tidak hanya ’’diimpikan’’ kalangan pelestarian purbakala saja. Kalangan pemuda pun tak kalah bersemangat. Termasuk kelompok blogger. Yakni, dengan membuat blog khusus tentang Majapahit.

Khoirul Inayah, Mojokerto

GEMAR berselancar di internet dan membuat blog ternyata memiliki makna tersendiri bagi Abdul Malik. Dan itu dimanfaatkannya dalam bentuk yang positif, yakni membuat blog tentang Majapahit. Suatu hal yang belum terbersit dalam pikiran mereka yang mengaku peduli Majapahit sekalipun.
Dengan dana pribadi, dan literatur dari sana-sini, Abdul Malik pun mewujudkannya impiannya memiliii blog sendiri. Ini tidaklah berlebihan, sebab ia telah menekuni dunia blogger sejak Desember 2005.
’’Tujuan saja pada saat itu, saya ingin memberi kado buat diri saya sendiri,’’ ujar lajang yang tinggal di Kradenan kelurahan Kauman ini.
Saat itu, salah satu penjaga warnet di Jl Jayanegara sedang asyik sedang asyik membuat blog untuk hal-hal yang bernuansa 80-an. Ia pun ikut tertarik. ’’Nama blog yang saya pilih waktu itu ingin yang bernuansa lokal dan cepat dikenal. Ya akhirnya saya pilih Majapahit,’’ ujarnya laki-laki kelahira 22 Desember 1968 ini.
Beruntung, ia memiliki beberapa dokumentasi tentang Majapahit. Salah satunya adalah naskah karya almarhum Max Arifin tentang Majapahit. Selain itu, materi saya mendapatkan dari banyak sumber. Misalnya teman chatting, Olivier warga Perancis yang beberapa kali ke Museum Trowulan dan Gunung Penanggungan. Saya juga mendapatkan informasi bahwa majalah Arts of Asia (Hongkong) edisi November 2000 memuat laporan utama tentang Majapahit. Saya surfing alamat website-nya lalu cover saya download.
’’Untuk isinya Olivier berbaik hati mengirim beberapa halaman yang telah di scanner via email,’’ ujar Malik.
Tidak hanya itu, ia pun mengkopi buku Tatanegara Majapahit parwa 1 dan 2 karya Mohammad Yamin ke Perpustakaan Ignatius di Yogyakarta. ’’Saya berniat menampilkannya di blog dalam bentuk PDF agar dapat di baca lebih banyak kalangan,’’ kata Malik lagi.
Salah satu hal paling sulit dalam blog adalah proses update data. Semua itu ia kerjakan setiap hari. Untuk keperluan itu, Malik banyak dibantu oleh Bagus Hendro, pemilik warnet di Jl jayanegara untuk proses scanner bahkan seringkali memberi fasilitas gratis. Terkadang juga oleh Hendrik salah satu petugas warnet tersebut. Yang paling menjengkelkan adalah ketika update data koneksi warnet drop.
’’Namun, karena semuanya menggunakan dana pribadi maka proses berjalan agak lambat,’’ ujarnya.
Ada saat dimana ia tak meng update blog. Saat itu ia lagi menekuni multiply. Sama-sama menarik. Prinsip nya sama-sama menginformasikan kepada orang lain. ’’Untuk mengetahui seberapa banyak yang berkunjung ke blog dan multiply saya, saya menambahkan hit counter,’’ jelasnya.
Ada pengalaman tak terlupakan dalam menekuni dunia blog terjadi pada November 2006. Saat itu almarhum Max Arifin diundang khusus oleh PT Newmont Nusa Tenggara untuk perjalanan pulang kampung ke Sumbawa. Malik ikut dalam tim sebagai asisten Max Arifin. Salah satu agenda kegiatan adalah Max Arifin menjadi narasumber dalam diskusi di sebuah SMA di Taliwang. Makalah untuk bahan diskusi tertinggal di Mojokerto. ’’Melalui bantuan staf kantor PT Newmont saya dapat mengakses internet membuka blog saya dan tinggal copy paste materi bahan diskusi. Pak Max sendiri pada waktu itu belum merespon dunia blog karena ia terbiasa dengan media cetak,’’ katanya.
Berkaitan dengan Festival Majapahit, Malik kembali mengaktifkan blog-nya. Untuk menarik pembaca ia menginformasikan perihal berita yang ada di blog maupun multiply melalui SMS dan banyak milis dengan judul berita yang menggoda misalnya Ingin mengetahui master plan megaproyek Majapahit Park di Trowulan? Silakan klik http://mail.telkom.net/Redirect/majapahitan2.blogspot.com atau http://mail.telkom.net/Redirect/kurakurabiru.multiply.com.
Untuk mengup date data di blog-nya, Malik sebenarnya berharap banyak dari lembaga seperti Gotrah Wilwatikta untuk membuat semacam Pusat Studi Majapahit. Ini terilhami setelah ia banyak mendapatkan masukan sulitnya anak muda untuk mendapatkan informasi dan referensi tentang Majapahit. ’’Materi seminar yang diadakan Gotrah Wilwatikta dapatlah disebarluaskan lewat blog, juga aktivitas, riset dan program Gotrah Wilwatikta ke depan,’’ ujarnya.
Meskipun demikian, ia mengaku aktivitasnya menekuni dunia blog tidaklah istimewa. ’’Aktivitas saya menekuni blog masih biasa-biasa saja kok demikian juga aktivitas saya menekuni sejarah Majapahit masih awam,’’ ujar alumni SMAN 1 Gatoel (sekarang SMAN I Puri Mojokerto).
Sebagai seorangn pegiat dunia blogger, ia ingin ada kompetisi blog antar kampung di Kota maupun Kabupaten Mojokerto. ’’Blog akan semakin menarik karena setiap warga adalah reporter. Seperti prinsip citizen journalism,’’ kata dia. (*)


Dikutip dari Radar Mojokerto, November 2007

Joko Sambang di Festival Bengawan Solo


Ludruk Karya Budaya Mojokerto mendapat undangan dari panitia Festival Bengawan Solo yang diadakan Dinas Pariwisata , Seni dan Budaya Pemkot Surakarta. Berikut laporan kegiatan yang dituturkan Abdul Malik, humas ludruk Karya Budaya kepada wartawan Radar Mojokerto, Khoirul Inayah.
Penampilan Ludruk Karya Budaya dimulai pukul 22.10 wib.Sebelumnya tampil musik Gamelan Bali oleh I Wayan Sadra, Tari piring dari Minangkabau, Tari Denok Deblong dari Semarang.
Tari Remo oleh Cak Soekis membuka panggung Festival Bengawan Solo. Cak Slamet melanjutkan dengan Kidungan Jula Juli. Trio lawak Trubus, Slamet dan Supali membuat sekitar seratusan penonton tertawa terbahak-bahak mendengar humor mereka.
Joko Sambang bercerita tentang masa penjajahan Belanda yang sedang mengadakan pembangungan Jembatan Porong melalui program kerja rodi. Setiap lurah wajib mengirim 10 rakyat untuk kerja rodi. Adalah lurah Bintoro, lurah Gunung Gangsir,satu-satunya lurah yang menolak mengirim rakyat kepada kumpeni.
Sementara itu lurah Abilowo (Cak Muzet) bersama Carik Bargowo (Gawok) sibuk mengatur siasat untuk menjilat kumpeni. Keduanya berinisiatif melaporkan lurah Bintoro agar ditangkap kumpeni. Diam-diam lurah Abilowo menaruh hati pada Sutinah (Ririn) istri lurah Abilowo.
Kumpeni langsung menangkap lurah Bintoro dan memasukkan dalam penjara, berkat laporan lurah Abilowo dan Carik Bargowo.
Sutinah pergi ke rumah orang tuanya, Bapak (Naswan) dan Ibu nya (Yanti) terkejut melihat kehadiran Sutinah. Selanjutnya mereka bertiga mencari Joko Sambang( Cak Mujiadi Zakaria), putra satu-satunya Lurah Bintoro dan Sutinah untuk enyerahkan keris pusaka. Joko Sambang sedang bertapa di pertirtaan Jolotundo di lereng Gunung Penanggungan.
Akhir cerita Joko Sambang berhasil mengusir penjajah Belanda dan membebaskan rakyat dari kerja paksa. Penampilan Trubus dan Slamet sebagai kumpeni sekali lagi membuat penonton terpingkal-pingkal.
Agung Priyo Wibowo, salah satu panitia Festival Bengawan Solo 2007 menyatakan kekagumannya pada gaya lawak trio Slamet, Trubus, Supali.
“Saya semakin yakin bahwa ludruk merupakan benteng kesenian terakhir yang harus di jaga di wilayah Jawa Timur,” katanya.”Usia ludruk Karya Budaya yang telah mencapai 38 tahun juga merupakan pertimbangan khusus dari panitia bagaimana sebuah kelompok kesenian tradisi masih dapat bertahan sampai hari ini.”
Disela-sela pentas, Cak Edy Karya, pimpinan ludruk Karya Budaya, yang saat ini berada di tanah suci--masih mengirim sms menanyakan kabar penampilan Karya Budaya kepada beberapa pemain Karya Budaya.
Pukul 00.30 wib ludruk Karya Budaya menutup penampilan Festival Bengawan Solo malam itu.
Tiga puluh menit kemudian seluruh pemain ludruk Karya Budaya meninggalkan Taman Sriwedari yang telah berusia 106 tahun.

(***)